Tepat 1 minggu yang lalu saya lulus ujian CCIE Routing & Switching. Itu adalah attempt kedua saya di Jakarta. Attempt pertama saya lakukan 2 bulan lalu di Jakarta juga. Ada beberapa pengalaman menarik ketika saya mengikut kedua ujian tersebut. Pengalaman tersebut akan saya bagi dalam tulisan ini.

Awal perjalanan saya dimulai kira-kira tahun 2012. Saat itu saya memiliki tekad untuk fokus di bidang network. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti ujian CCIE. Waktu itu tidak banyak informasi dan materi yang saya punya. Saya hanya bicara dengan beberapa orang yang saya ketahui sudah punya sertifikasi CCIE. Saya hanya minta mereka membagikan pengalaman dan alasan mengapa mereka mau menjadi CCIE. Saya ingat diskusi dengan senior saya waktu kuliah dulu, dan dia bilang kalau kita harus fokus. “if you want to be Cisco engineer, be good at it. If you want to be Linux engineer, be good at it. Jangan serakah dan mau bisa semua”. Singkat cerita, saya memutuskan untuk memulai perjalanan saya untuk menjadi CCIE.

Ketika itu untungnya mulai muncul beberapa program untuk membantu belajar CCIE. Saya ikut program dari Jawdat yaitu CCIE93. Judulnya cukup menarik “Menjadi CCIE dalam 93 hari”. Oke, ini cara paling cepat. Karena dalam 93 hari saya akan jadi CCIE. Namun belakangan saya sadar untuk menjadi CCIE tidak seinstant itu. Jujur saja hingga hari ini program tersebut belum saya selesaikan, walaupun sudah berjalan lebih dari 1 tahun. Tapi program tersebut memberi banyak dampak bagi saya.

Singkat cerita saya daftar program tersebut dan mulai untuk day 1. Day 1 kelihatannya sangat mudah karena isinya adalah evaluasi diri sendiri. Evaluasi ini dilakukan untuk membandingkan apa yang kita ketahui dengan apa yang seharusnya diketahui seorang CCIE. Di website Cisco ada CCIE blueprint yang isinya adalah semua materi yang akan diujikan dalam ujian CCIE. Sekitar 60 persen dari list tersebut saya beri nilai 40, artinya saya tahu sedikit saja. Oke, berarti saya harus mulai banyak belajar.

Pola belajar sangat penting untuk menjadi CCIE. Dibutuhkan persistensi untuk bisa terus belajar. Musuh terbesar adalah diri sendiri. Program CCIE93 membuat belajar menjadi kebiasaan. Setiap hari ada tugas baru, ada materi baru yang harus diselesaikan. Dari tugas setiap hari, ada mentor yang bertugas untuk memeriksa dan evaluasi hasil belajar. Dengan bantuan program ini saya punya kebiasaan untuk belajar setiap hari. Walaupun kebiasaan tersebut ada setelah 4 bulan saya menjalaninya.

Awal 2013 saya mulai mengambil ujian written sebagai syarat untuk mengikuti ujian lab. Karena proses belajar yang sudah dimulai lebih awal, saya bisa melalui ujian written dengan baik. Namun yang paling berat adalah ujian lab, bukan ujian written. Paling tidak 1 langkah sudah terlewati.

Sekitar bulan Maret 2013, saya mulai booking ujian lab untuk pertama kalinya. Saya booking lab untuk Mobile lab Jakarta bulan Juli 2013. Betul kata orang, setelah booking ujian lab, maka pola belajar akan mengarah lebih serius. Mungkin karena ada harga yang sudah dibayar. Maka itu saran saya untuk yang mau ambil ujian CCIE, segera booking ujian lab.

Saya tipe orang yang cara belajarnya dengan menulis. Ketika saya menonton video tutorial, saya mencatat poin-poin penting yang perlu saya ketahui. Biasanya saya membuat catatan berdasarkan apa yang saya tangkap dari tutorial tersebut. Setelah itu saya langsung latihan lab. Ketika saya mengalami kebuntuan ketika latihan lab, maka saya lihat kembali catatan saya. Jika tidak ada, maka saya akan kembali menonton video tutorial. Materi yang saya gunakan cukup terintegrasi antara video tutorial dan latihan lab. Ditambah dengan bantuan mentor dari CCIE93, maka rasanya latihannya semakin lengkap. Sebagian dari catatan tersebut saya tuangkan dalam blog ini.

Singkat cerita, tibalah hari ujian lab saya yang pertama. Ujian lab tersebut di Jakarta. Malam sebelum ujian saya tidak bisa tidur dengan tenang. Beberapa teman di kantor dan di rekan-rekan CCIE93 mengucapkan good luck untuk saya. Pagi-pagi saya langsung menuju tempat ujian. Saya sempatkan untuk sarapan sesaat sebelum ujian. Dengan percaya diri saya masuk ruang ujian. Proctor (penjaga ujian) cukup ramah dan tidak seperti yang sering diberitakan orang. Saya tidak banyak bicara dengan peserta ujian yang lain untuk menjaga semangat positif yang saya punya hari itu.

Sesi troubleshooting saya lewati dengan baik. Namun saya meninggalkan 1 soal tidak terjawab. Sesi konfigurasi juga saya lewati tanpa rasa khawatir. Semua rasanya baik-baik saja. Konfigurasi yang saya lakukan semuanya berhasil.

Pulang dengan penuh percaya diri akan lulus. Ketika perjalanan pulang, saya mendapat berita mengenai hasil dari ujian saya. Hasilnya FAILED untuk sesi troubleshooting maupun konfigurasi. Dunia serasa mau runtuh dan saya tidak dapat berkata-kata. Saya merasa skor yang saya dapat terlalu kecil karena saya merasa bisa menjawab semua soal. Rasanya tidak terima begitu melihat hasilnya.

Jujur saja ketika itu saya mulai malas untuk mengulang semuanya. Rasanya proses belajar demikian lama sia-sia saja. Tenaga, waktu, dan uang terasa sia-sia. Disini peran dukungan orang-orang sekitar yang mampu membangun semangat kembali. Saya diingatkan dengan mimpi saya diawal memasuki perjalanan ini. Langkah pertama untuk bangkit adalah melihat kembali skor hasil ujian, kemudian evaluasi bagian yang kurang. Saya mulai mengikhlaskan bahwa saya tidak lulus dan saya harus bangkit.

Setelah evaluasi kembali hasil ujian pertama, saya pelajari kembali materi-materi yang saya rasa masih lemah. Setelah evaluasi, saya ditawari untuk coba ujian kembali di Jakarta bulan September 2013. Saya ambil kesempatan tersebut dan mulai menyusun strategi baru. Latihan mini lab dan menonton video tutorial kembali sudah tentu saya lakukan. Namun kali ini saya punya strategi baru.

Ujian lab CCIE membutuhkan pengetahuan yang cukup, mental yang tidak mudah menyerah, dan ketelitian yang tinggi. Sesi troubleshooting diberi waktu 2 jam dengan perangkat sekitar 30an router dan beberapa switch. Topologi yang lumayan kompleks, dan masalah yang butuh analisis cepat. Sesi konfigurasi diberi waktu 6 jam.

Selain latihan mini lab, saya perbanyak latihan full lab untuk membiasakan diri membaca soal dan mengartikan soal tersebut menjadi konfigurasi yang harus saya buat.

Singkat cerita tiba hari ujian saya yang kedua, 19 September 2013. Semalam sebelum ujian saya bisa tidur dengan bantuan obat flu. Belajar dari pengalaman ujian pertama, saya butuh tidur. Hari itu saya datang lebih pagi sekitar jam 7.30. Saya sarapan dulu, baru kemudian masuk ke tempat ujian. Berbeda dengan ujian pertama, kali ini saya sempat berdiskusi ringan dengan peserta ujian lain. Sekedar berkenalan dan bicara hal-hal diluar ujian. Masuk ke ruang ujian, saya mendapat masalah pertama. Nama di kartu identitas saya tidak sama dengan nama yang terdaftar untuk ujian. Proctor sempat tidak membolehkan saya ujian. Namun akhirnya dia membolehkan saya ujian terlebih dahulu, namun hasilnya ditahan hingga saya dapat membuktikan bahwa saya adalah nama yang terdaftar di ujian. Setelah proctor briefing sebentar, saya minta izin keluar sebentar untuk menelpon orang rumah untuk membawakan identitas saya. Hal kecil seperti itu bisa membuat panik dan mengganggu mental ketika ujian. Namun Puji Tuhan, setelah saya telepon orang rumah, saya merasa lega dan dapat menjalankan ujian tanpa beban.

Saya mulai sesi troubleshoot tanpa memikirkan masalah nama tersebut. Saya bisa selesaikan 9 dari 10 trouble ticket saat itu. Setelah itu saya mulai sesi konfigurasi. Saya mulai mengerjakan sesi ini perlahan-lahan karena saya ingin betul-betul teliti membaca soal. Saya baca per soalnya 3 kali kemudian saya mulai konfigurasi di perangkat. Saya selesai sesi konfigurasi kira-kira 1 jam sebelum waktu berakhir. Saya ulang kembali untuk cek apakah ada bagian soal yang tidak terbaca oleh saya. Kemudian saya tes kembali semuanya.

15 menit terakhir saya mulai iseng membaca Cisco Documentation. Ketika membaca dokumen ini, saya sadar ada konfigurasi saya yang salah. Saya putuskan untuk mengganti jawaban dalam kira-kira 10 menit terakhir. Saat itu proctor sudah wanti-wanti untuk save konfigurasi karena waktu tinggal 10 menit. Tangan saya mulai gemetar karena saya harus ganti konfigurasi namun waktunya terbatas. Hanya sedikit memang, namun berdampak sangat besar. Saya bisa kehilangan point di beberapa soal. Langsung saya ganti konfigurasi, dan sisa waktu tinggal 3 menit. Aduh, saya belum sempat verifikasi konfigurasi baru saya. Saya coba tes ping dan hasilnya gagal. Banyak request time out. Kemudian proctor berdiri dari bangkunya dan mulai ke meja para peserta untuk menyuruh end exam. Saya langsung save konfigurasi semuanya dan mulai keringat dingin.

Saya tidak dapat berkata apa-apa, hanya deg-degan menunggu hasil ujian. Tidak ada rasa percaya diri ketika ujian yang pertama. Rasa kegagalan seperti ujian pertama membayang-bayang saat itu.

Ketika perjalanan pulang, saya mendapat berita bahwa hasil ujian saya sudah ada. Langsung saya buka notebook dan sambungkan ke modem. Internetnya sungguh lambat saat itu. Kondisi tersebut membuat suasana semakin menegangkan. Saya masih keringat dingin saat itu.

Saya langsung lihat bagian status. Hasilnya : PASS. Kemudian saya lihat bagian kiri atas. Isinya :

  • Your CCIE status is Certified ( CCIE# 40616 )

YEEEEEESSSSSSSSSSS!!!!!!!!!!

Saya langsung teriak saat itu juga. Supir taksi yang saat itu membawa saya pulang langsung terkejut dan menanyakan apakah saya tidak apa – apa. Langsung saya kabari orang terdekat. Hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun ibu saya. Saya rasa ini kado dari Tuhan. Rasanya lega sekali. Hari itu ditutup dengan makan malam bersama keluarga.

Akhir cerita, menurut saya CCIE itu bukan akhir dari perjalanan. Tapi CCIE adalah tiket untuk perjalanan selanjutnya. Masih banyak hal-hal yang belum saya ketahui. Tapi yang pasti, perjalanan ini akan semakin seru dan menantang. Ke depannya banyak teknologi baru yang harus terus dipelajari supaya dapat bersaing secara global.

You Never Fail